Diduga Setor 1,2 Juta Perbulan, Belasan Tambang Batu Ilegal Bebas Beroperasi Di Margatiga.

Margatiga, lantainewstv.com—Di balik hiruk-pikuk aktivitas tambang batu yang diduga ilegal di Kecamatan Marga Tiga, Lampung Timur, tersembunyi cerita tentang jaringan penambangan yang diduga ilegal. Tidak hanya sekadar menambang, ada sistem yang terorganisir, lengkap dengan aliran uang yang mengalir setiap bulannya.

Menurut sumber dalam jaringan tersebut, ada 18 penambang. Setiap penambang batu menyetorkan Rp1,2 juta per bulan ke rekening koordinator berinisial ZA. Uang tersebut kabarnya digunakan untuk “biaya kebersamaan.”

Tapi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan biaya ini? Tidak ada jawaban yang pasti, karena ZA sendiri seolah hilang bak ditelan bumi. WhatsApp-nya tak merespon, dan rumahnya kosong ketika disambangi.

Sementara Kanit Reskrim Polsek Marga Tiga membantah mengetahui maupun menerima bagian dari aliran uang tersebut.

“Tidak tahu dan justru baru dengar Informasi patungan tersebut,” ujarnya.

Tambang-tambang batu ini tidak berada di pelosok atau daerah terpencil. Sebagian lokasinya cukup dekat dengan Kantor Kecamatan Marga Tiga, membuat aktivitasnya jadi rahasia umum bagi masyarakat setempat.

“Sudah pada tahu siapa saja yang punya tambang,” kata seorang warga pada Senin, 9 Desember 2024.

Namun, sejauh ini tidak ada langkah konkret untuk menghentikan aktivitas tersebut, meskipun keberadaannya sudah terang benderang.

Penambangan batu ilegal bukan sekadar soal keuntungan cepat, Ada risiko besar yang mengintai, mulai dari kerusakan lingkungan hingga potensi konflik hukum, Sayangnya, sistem seperti ini sering kali sulit diberantas karena melibatkan banyak pihak dengan kepentingan masing-masing.

Apakah ini hanya soal tambang ilegal atau ada kekuatan besar yang melindunginya? Misteri ini masih menunggu jawabannya. Yang jelas, masyarakat Marga Tiga berharap ada tindakan nyata, bukan sekadar cerita berulang.

Tambang-tambang ini mungkin menghidupi banyak keluarga, tapi jika dibiarkan, apa yang tersisa untuk generasi berikutnya? Tanah yang rusak? Air yang tercemar? Atau justru kesenjangan sosial yang makin dalam?

(Edo)

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *